Situs Pangkung Paruk terletak di
Dusun Laba Nangga, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Situs
ini terletak disebelah barat kota kecamatan Seririt yang berjarak kurang lebih
8 km pada posisi 8°14’37” LS dan 114°48’113”
BT, dengan ketinggian 73 meter di atas permukaan laut. Secara administratif
termasuk Dusun Laba Nangga, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng, Bali.
Di situs ini ditemukan sebuah
kubur sarkopagus pada tahun 2009 oleh masyarakat, yang ditemukan secara tidak
sengaja. Oleh masyarakat temuan ini kemudian dilaporkan kepada Balai Arkeologi
Denpasar. Hasil dari penelitian
penyelamatan yang dilakukan pada tahun
2009 adalah berupa 2 buah sarkofagus
yang saat ini diberi kode sarkopagus A dan sarkopagus B, kedua sarkopagus ini
disimpan di tempat penemuan. Temuan kubur sarkopagus ini dibarengi dengan
temuan rangka manusia, yang ditemukan tidak jauh dari sarkopagus A dan
sarkopagus B. Dua individu rangka
manusia tersebut ditemukan pada kubur tanpa wadah di luar sarkopagus dalam
kondisi yang telah lapuk berupa fragmen tulang tempurung dan gigi.
Ekskvasi penyelamatan 2009 |
Sarkopagus A ditemukan setangkup
(wadah dan tutup) dalam kondisi pecah. Bahan terbuat dari batu padas, bentuk
dasar sarkopagus setengah bulatan menyerupai perahu. Sarkopagus ini
pengerjaannya sangat sederhana, tidak memakai hiasan relief, hanya terdapat
satu buah tonjolan pada sisi lebar bagian depan dan dua buah pada sisi sempit
bagian belakang. Bentuk tonjolan berupa bulatan. Temuan yang terdapat dalam
sarkopagus A adalah berupa manik-manik sebanyak 19 buah dengan ukuran beragam
dan sebuah lempengan logam perunggu berbentuk setengah bulatan satu sisi,
sedangkan sisi sebaliknya rata.
Manik-manik sbg bekal kubur situs Pangkung Paruk |
Sarkopagus B yang ditemukan pada
jarak 90 cm dari sarkopagus A, dengan orientasi penguburan kepala mengarah ke
tenggara (arah bukit) dan bagian kaki tertekuk. Sarkopagus ini ditemukan
setangkup (wadah dan tutup), kondisi secara umum utuh hanya pada bagian
pinggiran wadah sedikit pecah. Sarkopagus memakai tonjolan berbentuk bulatan
satu buah pada sisi lebar bagian depan dan dua buah pada sisi sempit bagian
belakang. Adapun bekal kubur yang terdapat berupa benda kuningan berbentuk
kerucut, miniatur nekara yang ditemukan pada bagian bawah tempurung kepala,
manik-manik dalam jumlah yang cukup banyak dan beraneka warna.
Penguburan terbuka tanpa wadah
ditemukan tidak jauh dari sarkopagus A dan sarkopagus B. Penguburan terbuka
yang ditemukan berdekatan dengan sarkopagus A kondisinya telah teraduk, bekal
kubur tidak ditemukan, sehingga tidak bisa diidentifikasi bentuknya. Penguburan
terbuka yang ditemukan berdekatan dengan sarkopagus B. Orientasi penguburan yaitu bagian kepala ke
arah bukit sedangkan bagian kaki kearah laut. Posisi rangka seperti bayi dalam
kandungan, yaitu bagian kaki terlipat (flexed
position) dengan kedua tangan terlipat di dada. Penguburan ini termasuk
penguburan primer (pertama) dengan bekal kubur sepiral perunggu pada pinggang
yang melintang di bagian leher, untaian
sepiral sebagai hiasan kepala dan manik-manik dari perunggu aneka warna. Pada
penguburan terbuka ini ditemukan pula miniature nekara perunggu yang ditemukan
pada bagian samping kanan bawah tempurung kepala. Benda ini merupakan bekal
kubur atau benda persembahan sebagai sarana upaara, yang mengandung nilai magis
simbolis. Diperhatikan dari tulang tempurung kepala bagian dahinya dan tulang
pinggul lebih lebar, dapat diduga rangka tersebut berjenis kelamin perempuan
Selain bekal kubur berupa miniatur
nekara perunggu, juga ditemukan cemin perunggu berbentuk lingkaran, berbahan
perunggu, dengan ukuran diameter 12 cm, ebal 4 mm. terdapat dua bidang sisi
yang berbeda yaitu sisi depan sebagai bidang cermin dengan permukaan cembung
dari sisi tepian, sedangkan sisi belakang terdapat hiasan berbentuk bulatan
cembung pada bagian tengahnya. Bulatan tersebut diberi lobang, diduga sebagai
tempat memasukkan tali tempat pegangan, pada bagian luar bulatan sisi atas
terdapat garis persegi empat, masing-masing sisi diberi hiasan bulatan cembung
kecil mengelilingi persegi empat, sehingga jumlah bulatan seluruhnya adalah
delapan buah. Hiasan bulatan diatas dikombinasikan dengan hiasan geometris dan
sulur-suluran sehingga penampilan cermin ini menjadi mewah.
Dengan memperhatikan style dari
cermin perunggu Pangkung Paruk dapat diduga berasal dari masa Dinasti Xin (Raja
Wang Mang tahun 8-23 Masehi, yang merupakan dinasti yang sangat singkat
diantara Western Han dan Eastern Han atau pada awal Eastern Han (25 Masehi). Sehingga
stylenya menunjukkan bahwa benda ini berumur kira-kira 2000 tahun yang lalu
atau pada awal masehi. Para ahli menyatakan seperti imitasi (tiruan). Benda ini
tidak dibuat pada tempat aslinya di China, namun di luar China seperti di
Vietnam. Temuan berupa benda-benda perunggu yang istimewa diatas menunjukkan
bahwa Indonesia, khususnya Bali telah
melakukan hubungan kontak budaya dengan dunia luar pada awal masehi. Kontak
tersebut kemungkinan berupa aktivitas perdagangan melalui barter, karena di
Indonesia sampai saat ini tidak menghasilkan logam perunggu atau kemungkinan
benda diatas merupakan pembuatan benda berdasarkan daur ulang.
Penelitian
tahun 2010, dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional Jakarta. Penelitian kali
ini dilakukan pada tanah yang lebih rendah, disebelah selatan areal temuan
sarkofagus. Penelitian kali ini hanya menemukan fragmen gerabah. Pada
penelitian ini telah dilakukan pula penelitian geologi yang hasilnya
menyebutkan bahwa, di wilayah Seririt terdapat dua satuan morfologi, yaitu
dataran pantai dan satuan morfologi perbukitan bergelombang. Situs Pangkung
Paruk terletak pada satuan perbukitan bergelombang dengan litologinya berupa
batuan hasil erupsi gunung api, berumur pleistosen, yang dinamakan formasi
Asah. Tinggalan arkeologi di daerah ini berasal dari masa proto prasejarah,
berupa kubur batu sarkofagus ini berbahan dasar breksi gunung api yang bahan
dasarnya tersedia dan tersingkap di wilayah ini.
Penelitian
sistematis pertama dilakukan Balai Arkeologi Denpasar pada tahun 2011,
mengambil lokasi dengan membuka 4 buah kotak yaitu; kotak I.II. III dan IV sebelah
utara dan selatan lokasi temuan sarkofagus pada tahun 2009. Kedua kotak
ini hampir tidak ada temuan yang
berarti. Kotak II dan III terletak pada tanah yang posisinya lebih rendah yang
terletak di sebelah lokasi temuan sarkofagus. Penelitian kali ini berhasil
menemukan: 1 buah periuk hias terajala, fragmen besi, fragmen perunggu,
manik-manik kaca dengan warna biru dan manik-manik dalam ukuran kecil dengan
bentuk pipih berwarna merah bata, gerabah dan fragmen tulang dan gigi (Yuliati,
2011: 6)
Penelitian
selanjutnya dilakukan pada tahun 2012 yang dilakukan oleh Dr. Ambra Calo, dari
Australian National University, dengan membuka 2 buah kotak ekskavasi yaitu
disebelah kotak II dan kotak III pada ekskavasi tahun 2011 dan dekat bangunan
pada areal temuan sarkofagus. Di sebelah selatan membuka 2 buah kotak test
spit. Temuan hanya kereweng, arang dan framen tulang binatang.
Penemuan
penduduk kembali terjadi pada tahun 2010 sebelum dilakukan penelitian oleh
Pusat Arkeologi Nasional, dengan temuan 2 buah sarkofagus lengkap dengan bekal
kubur, cermin perunggu Cina yang oleh Dr.Ambra Calo diperkirakan dari Dinasti
Han dan berumur sama dengan gerabah India di situs Sembiran, manik-manik dan
dua pasang anting emas, gelang perunggu yang tidak diketahui dengan jelas dari
sarkofagus atau ada kubur tanpa wadah lainnya
Penemuan,
antara tahun 2011 dan 2012 yang ditemukan secara tidak sengaja oleh penduduk,
berupa periuk polos, periuk berhias terajala dalam jumlah yang cukup banyak
dalam keadaan pecah pada saat digali,
dan tulang-tulang manusia. Periuk-periuk ini sejenis dengan periuk-periuk dari
situs Gilimanuk.
Fragmen celengan temuan penduduk |
Artefak hasil budaya pra Hindu
sebagai bekal kubur di situs Pangkung Paruk, beragam jenis bentuk dan jumlahnya
menunjukkan teknologi yang cukup tinggi telah dikuasai oleh manusia pada saat
itu. Orang-orang yang dikubur dengan sarkopagus maupun penguburan terbuka,
dilihat dari bekal kuburnya, merupakan keluarga terpandang dan mempunyai status
sosial yang tinggi.
Gerabah lokal dengan berbagai
bentuk, seperti periuk kecil dengan hias terajala, pedupaan dengan hiasan
beberapa lobang pada bagian kakinya, cawan dan pecahan gerabah lainnya
menunjukkan salah satu perlengkapan prosesi upacara saat penguburan. Batu
ulekan sebagai alat perlengkapan rumah tangga atau mungkin pula sebagai
perlengkapan upacara saat itu. Bentuk batu ulekan yang ditemukan di Pangkung
Paruk menyerupai sebuah meja kecil, berkaki empat buah yang berbentuk cekungan
bagian tengahnya, difungsikan sebagai landasan. Sedangkan anak batunya
berbentuk silender, bulat panjang, pada kedua ujungnya mengecil berbentuk
lancipan tumpul seperti alat tumbuk, alat ini digunakan untuk menumbuk atau
menggiling. Batu ulekan ini berbahan batu monolit.
B.Batu Ulekan 2009 |
Penelitian
pada tahun 2014 yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Denpasar menghasilkan
temuan yang cukup banyak. Temuan ini menambah kaya data untuk penelitian Situs
Pangkung Paruk untuk mengungkap kebudayaan manusia yang pernah mendiami daerah
juga, juga untuk pengembangan daerah ini pada masa mendatang.
Penelitian
yang telah dilakukan oleh tim Balai Arkeologi Denpasar membuka 6 buah kotak
ekskavasi dan 2 buah kotak tes psit. Pembukaan kotak ekskavasi ini bertujaun
untuk mencari sebaran penguburan sarkopagus dan mencoba mencari data lainnya
yang kemungkinan masih berada di dalam tanah. Pembukaan kotak ekskavasi masih
dilakukan pada lokasi ditemukannya sarkopagus A, B, C dan D yaitu di Dusun
Labanangga, Desa Pangkung Paruk. Sedangkan 2 buah kotak tes spit dilakukan di
Dusun Banjar Asem, Desa Dangin Jalan.
Hasil penelitian pada tahun ini diantaranya adalah rangka manusia dalam kubur
terbuka, manik-manik sebagai bekal kubur, gerabah sebagai bekal kubur dan
beberapa buah fragmen gerabah. Penemuan rangka manusia ditemukan pada kotak
ekskavasi no XIII, diberi kode nomor R.1 dalam keadaan sangat rapuh. Posisi
penguburan setengah terlipat dengan arah hadap kepala dibagian tenggara (arah
ke gunung) dan kaki arah ke Barat Laut (arah ke laut). Sedangkan bekal kubur
berupa manik-manik dan periuk dalam keadaan pecah (terkonsentrasi) ditemuka
tidak jauh dari kerangka (masih dalam satu kotak ekskavasi)Kegiatan ekskavasi Situs Pangkung Paruk 2014 |
Manik-manik temuan ekskavasi 2014 |
Temuan kerangka dan gerabah di kotak XIII hasil ekskavasi 2014 |
Dari sisa-sisa aktivitas
penguburan di Pangkung Paruk dapat diketahui bahwa daerah ini merupakan salah
satu desa kuna yang telah lama dihuni, yaitu sejak masa prasejarah, khususnya
pra Hindu yang terletak pada daerah dataran, kurang lebih 2 km dari pantai.
Sisa-sisa aktivitas penguburan menunjukkan bahwa orang yang dikubur mempunyai
status sosial yang tinggi, orang tersebut berpengaruh atau kaya pada saat itu.
Hal ini dilihat dari bekal kubur yang berupa logam perunggu, dimana bahan baku
logam perunggu tidak mudah untuk dicari. Begitu pula halnya dengan pembuatan
sarkopagus yang membutuhkan tenaga khusus dan penguasaan teknologi yang tinggi
menjadikan perlakuan penguburan ini sangat istimewa
Temuan kerangka kotak XIII ekskavasi 2014 |
Pengangkatan kerangka hasil ekskavasi 2014 |